Jumat, 15 April 2016

Usulan program strategis dari riwayat dan Karya Pemimpin Perempuan Bima

Dalam artikel blog ini kita menengok kembali karya Pemimpin Perempuan dalam membangun dana mbojo. Ayo  kita membedah dari sejarah dari masa kesultanan Bima sampai saat ini.

1. Sultanah Kumalasyah (Kumala Bumi Partiga).


Perempuan pertama dan satu-satunya yang menjadi Sultanah adalah Kumalasyah atau Kumala Bumi Partiga. Dia merupakan tokoh wanita Bima pada abad XVIII yang memiliki komitmen kuat dalam mempertahankan kedudukan Bima, melawan penjajahan, pembodohan  serta tampil sebagai kesultanan yang dihormati kawan dan ditakuti lawan. Kumalasyah menjabat sebagai Sultanah pada tahun 1747 – 1751. Kumalasyah memulai debut karir politiknya ketika menjadi istri sultan Abdul Kudus Makassar. Dari pernikahan itu Kumala mempunyai seorang putera yang bernama Usman yang nama makassarnya dikenal dengan “ Amas Madina “ yang kemudian naik tahta menggantikan ayahnya yang wafat pada tahun 1753. Tregedi kematian Abdul Kudus ini semakin mengobarkan semangat Kumalasyah untuk berjuang melawan Belanda di Makassar dan Bima. Kebencian Belanda kepada Kumalasyah berawal ketika dia mengangkat puteranya Amas Madina sebagai sultan Makassar dalam usia 6 tahun pada tanggal 21 Desember 1753. 
Kumalasyah tampil di pentas sejarah menjadi jembatan dan pelerai perseteruan antara Bima dengan Makassar atas tanah Manggarai sekaligus menghentikan intrik adu domba Belanda yang mengadu Bima dengan Makassar yang masih serumpun dan sedarah. Disamping itu, Kumala mengetahui bahwa Wali Sultan Abdul Ali terpengaruh hasutan Belanda dan telah menandatangani kontrak dagang dengan Belanda yang sangat merugikan perekenomian Kesultanan Bima pada saat itu. Bima terpaksa mengakui politik monopoli dagang Belanda. Campur tangan Kumala Bumi Partiga terpaksa dilakukan untuk menyelematkan Bima sekaligus Makassar. Berkat usaha itulah hubungan Bima dengan Makassar dapat diperbaiki kembali.

Pembangkangan Kumala Bumi Partiga atas semua kesepakatan yang dibuat menimbulkan kemarahan Belanda. Penangkapan terhadap Kumala dan puteranya Amas Madina mulai dilakukan. Pada tanggal 22 Agustus 1766 Amas Madina terpaksa meninggalkan Makassar karena usaha-usaha licik Belanda. Dia menemui ibunya di Bima. Dan pada tahun 1767 Bumi Partiga dan puteranya Amas Madina ditangkap Residen Belanda dalam sebuah undangan musyawarah yang memang telah direncanakan oleh Belanda. Bumi Partiga dituduh bekerja sama dengan Inggris kemudian ibu dan anak itu dibawa ke Batavia (Jakarta) dan akhirnya dibuang ke Sailon Srilangka pada tahun 1795. Informasi lain diperoleh bahwa Kumalsyah tidak dibuang ke Sailon, tetapi hanya di Batavia. 


2. Dr. Hj. Siti Maryam Muhammad Salahuddin.Perempuan kedua yang pernah memimpin Bima adalah Dr. Hj. Siti Maryam Muhammad Salahuddin. Dalam Buku “ Demi Masa, Kenangan Perjalanan Karir Hj. Siti Maryam Salahuddin” yang ditulis Naniek L. Taufan halaman 89, Ina Ka’u Mari pernah menjabat sebagai pejabat sementara Bupati Bima pada masa revolusi tahun 1966. Pada masa jabatannya yang hanya satu tahun itu, Siti Maryam merintis masuknya pesawat Perintis di Bima. Kala itu Gubernur NTB dijabat Ruslan Cakraningrat. Akhirnya usulan Siti Maryam diterima Gubernur dan Bandara Palibelo waktu itu diperbaiki kembali dan mendaratlah pesawat perintis Merpati Pertama di Bima.

3. Hj. Indah Dhamayanti PuteriNah, perempuan ketiga yang akan memimpin Kabupaten Bima adalah Hj. Indah Dhamayanti Puteri, istri almarhum H. Ferry Zulkarnain, ST. Sejak menjadi istri Bupati Bima tahun 2005 hingga penghujung tahun 2013, Dinda menjadi pendamping setia Sang Suami dalam suka maupun duka. Kepemimpinan Ferry Zulkarnain yang suka blusukan dan tidur di desa-desa, tetap selalu didampingi oleh Dinda. Sejak itulah, Sang Idola mulai dikenal luas oleh masyarakat Kabupaten Bima. Pada pemilu legislative 2014, Dinda tampil di pentas politik dan berhasil menduduki posisi Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bima. Jabatan itu hanya disandang setahun. Karena dorongan kuat dari rakyat Kabupaten Bima yang menginginkannya menjadi Bupati Bima untuk melanjutkan kiprah dan perjuangan almarhum H. Ferry Zulkarnain. Akhirnya Dinda melepaskan jabatannya sebagai Wakil Ketua dan Anggota DPRD Kabupaten Bima. Tidak mudah melepaskan jabatan di DPRD dan bertarung di Pilkada.Tetapi spirit itu memuncak ibarat Pepatah “ Keyakinan yang kuat akan meruntuhkan gunung yang tinggi”. Itulah modal utama Dinda tampil di Pemilukada Kabupaten Bima. Menempuh perjalanan yang berliku, mengharukan dan mengesankan. Nyaris tidak ikut sebagai kontestan Pemilu karena dualisme kepemimpinan Partai Golkar di tingkat pusat. Tetapi dari tahap demi tahap Pemilukada, semuanya berakhir dengan INDAH dan RAMAH. 

Bentuk karya apa yang  menjadi program  prioritaskan pemimpin ketiga untuk pemambangunan bima kedepanya? 
Apakah serius melawan pembodohan sebagaimana yang yang dilakukan pemerintahan Kumalasyah  untuk menangkah strategi perang asimetris yang digencar oleh bangsa lain saat ini?Apakah  serius membangun sarana tranformasi yang pernah dilakukan oleh Dr. Hj. Siti Maryam Muhammad Salahuddin? 

Adapun Usulan Program Prioritas Pembangunan Kebupaten Bima kedepannya sbb:1. Membangun perguruan tinggi umum dibimaDengan membangun perguruan tinggi umum dibima setidaknya ada institusi pendidikan yang mampu mengkaji, membedah , memberikan solusi untuk permasalahan bima kekinian dan mampu merencanakan bima dimasa mendatang.2. Membangun sarana transportasi. Dengan membangun sarana transportasi untuk meningkatkan perekonomian disekitar bima seperti memperlebar bandara untuk dijadikan bandara internasional atau membangun pelabuhan yang telah direncanakan ditahun-tahun sebelumnya yang belum sempat terealisasi. Dalam satu tahun saja memimpin Dr. Hj. Siti Maryam bisa memperbaiki bandara. apalagi bupati Hj. Indah Dhamayanti Puteri yang memimpin 5 tahun, jadi sangat mungkin untuk dilakukan.3. Mendorong Ekonomi Kreatif. Saat ini pengangguran terdidik dibima semakin bertambah dan tidak terkendali, pemerintah harus  mendorong Ekonomi Kreatif sebagai langkah untuk memberikan solusi terbaik atas pengangguran yang meningkat secara draktis. seperti dengan ada sekolah atau perguruan tinggi terutama sekolah vokasi dan SMK yang telah dibangun harus digarap dengan baik dan benar.4. Mengembangkan dan Membangun Serta Pengeloaan Fasilitas berbasis Teknologi Informasi. Era teknologi informasi, membuat kita bisa melakukan sesuatu dengan lebih mudah dalam segala bidang, baik itu dunia pendidikan, sosial, ekonomi seperti masyarkat bisa belajar melalui perkembangan IT (e-book, Video Seminar Nasional, Video Kajian, tutorial dan media pembelajaran berbasis IT lainnya. Para pelaku UKM bisa meningkat pendapatannya dengan memanfaatkan IT (ecommerce). Perlu pula yang dikelolah bukan hanya fasilitas tapi juga semberdaya manusianya.
Semoga dengan ini akan menjadi spirit perjuangan baginya dalam mewujudkan amanah Rakyat  dan 
membangun Bima kedepannya…..! 

Pasukan Suba Ngaji Kerajaan Bima

Empat tahun setelah letusan dahsyat Tambora, perairan laut utara pulau Sumbawa dan sekitarnya dipenuhi para bajak laut atau yang dikenal dengan “Tabelo”. Perairan Sulawesi juga tak luput dari serangan Tabelo. Suasana di laut semakin kacau. Kampung-kampung dan pulau-pulau tak luput dari serangan. Harta benda dijarah. Jiwa manusiapun berguguran. Akibat dari keadaan itu, para penghuni pulau banyak yang mengungsi mencari tempat yang aman.
Perairan selat Sape dan sekitarnya hingga di wilayah kerajaan Sanggar diserang Tabelo yang dikenal oleh orang-orang Bima dengan Pabelo. Serangan Pabelo memaksa Sultan Bima ke- 10, Ismail Muhammad Syah membentuk pasukan khusus menumpas Pabelo. Pasukan itu diberinama “Suba Ngaji”. Tugas khusus lasykar ini adalah menumpas Pabelo dan mengamankan sultan beserta keluarganya dari Pabelo.
Pabelo memporak-porandakan kerajaan Sanggar yang belum pulih dari amukan Tambora. Rakyat yang tidak berdaya diangkat dengan paksa dan dijadikan budak belian sebagai salah satu komoditi dagang dalam pasar perompak. Kesengsaraan rakyat Sanggar digoreskan oleh peneliti ilmu alam bernama Coffs asal Belgia. Dalam catatan hariannya, Coffs menguraikan :
“ Dia bercakap-cakap dalam bahasa Melayu yang cukup bagus.Dia harus bercocok tanam sendiri dan dia sendiri yang memotong kayu bakar dan memikulnya pulang. Saya merasa kasihan selalu.” (H.Abdullah Tayib, BA Sejarah Bima Dana Mbojo, 239).
Tidak hanya itu, Coffs menceritakan tentang kondisi Raja Sanggar yang jatuh bangun menghadapi kesulitan ekonomi akibat amukan Tambora maupun serangan bajak laut itu. Inilah yang menjadi sebab kenapa kerajaan Sanggar tidak mampu bangkit dari kedaulatannya akibat amukan Tambora dan diperparah oleh serangan bajak laut. Setengah abad kemudian, kerajaan ini akhirnya bergabung dengan kerajaan Bima tahun 1926.
Serangan Pabelo terus membabi buta. Setelah membumihanguskan kerajaan Sanggar, Pabelo menyerang kampung Sangiang Wera. Pulau Sangiang menjadi basis persembunyian para Pabelo. Memang sudah sejak abad ke 16, pulau ini menjadi tempat persembunyian para bajak laut. Tentang hal ini, Tome Pires menulis :
Pulau Sangiang banyak pelabuhan, makanan dan budak dalam jumlah besar. Ada sebuah pasar besar untuk penyamun datang kesitu menjual barang-barang yang dirampoknya dari pulau-pulau lain. (H.Abdullah Tayib, BA, Sejarah Bima Dana Mbojo, 240)
Ketika para Pabelo memasuki perairan Sape, dengan kekuatan penuh dibawah pimpinan Jeneli Parado dan Bumi Waworada, pabelo akhirnya dapat ditumbangkan dengan memenggal kepala pimpinanny. Suba Ngaji terus bergerak menunpas para Pabelo di setiap perairan Bima. Sehingga sejak saat itu Bima aman dari serangan Pabelo.
Sejak saat itu, Suba Ngaji ditetapkan menjadi pasukan khusus untuk menumpas segala ancaman terhadap kesultanan Bima. Setiap satuan detasemen dalam pasukan kerajaan Bima selalu disebut Suba. Suba adalah tombak, sedangkan Ngaji adalah melantunkan ayat suci Alqur’an. Suba Ngaji merupakan spirit perang menegakkan syiar islam dan kedaulatan negeri di bawah panji Alquran.
Foto : Fahru Rizki
Penulis: Alan Malingi

Minggu, 03 April 2016

Bumi Renda

Di kerajaan Bima, terdapat jabatan tertinggi angkatan bersenjata atau Panglima. Jabatan itu bernama Bumi Renda. Dalam BO Sangaji Kai, Bumi Renda adalah pemimpin tertinggi laskar kerajaan merangkap sebagai jaksa dan sekaligus anggota Sara Tua dalam struktur pemerintahan kerajaan Bima(BSK,605). Panglima tidak hanya memimpin perang, memberikan pertimbangan kepada Raja/sultan dan mengatur siasah perang dan damai, namun juga sebagai kepala kepolisian yang bertugas mengeluarkan panggilan dan melaksanakan putusan pengadilan kerajaan(Abdullah Tayib, Sejarah Bima Dana Mbojo). Pada periode akhir kerajaan, Bumi Renda dijabat oleh Rato Waro Bewi yang telah berkorban hingga titik darah penghabisan membela putera Mahkota La Ka’i hingga wafat di Doro Cumpu desa Bala kecamatan Wera (Makamnya masih ada sampai sekarang ).
Bumi Renda membawahi Pabise ( Angkatan Laut), Suba (Angkatan Darat), Bumi dan Jena Jara ( Pasukan Kavaleri), Bumi Nggeko (Paspampres), Dari Jara Mbojo Dan Dari Jara Bolo (Pengawal Sultan/Ajudan), Dari Sumpa Sape dan Dari Sumpa Bolo ( BIN/Intelijen), Suba Ngaji, Jara Wera, dan Jara Bura (Semacam Kopasus dan Densus), Jara Sara’u ( Pasukan khusus upacara kerajaan), Nenti Mone ( Pengamanan Dalam Istana), Mbangi (Pesuruh Istana) hingga Anangguru (Hulubalang).
Bumi Renda juga memimpin langsung “ Suba” atau pasukan angkatan darat. Suba yang berarti tombak kerajaan itu adalah pasukan terlatih yang setia pada kerajaan. Dalam Suba dikenal beberapa angkatan seperti Suba Na’e yaitu prajurit-prajurit tangkas yang langsung dibawah komando Bumi Renda. Disamping itu ada juga Suba To’i yang bertugas sebagai caraka atau penyampai pesan dan teguran. Dalam Suba juga terdapat Dari Bedi, Dari Ngoco dan Bumi Roka. Dari Bedi adalah kelompok pasukan Artileri yang menguasai meriam terutama untuk penembakan Salto kehormatan. Pembelian Meriam untuk militer kerajaan Bima banyak dilakukan oleh Sultan Abdullah dan Bicara Muhammad Yacub kepada Inggris dengan sistim barter. Dari Ngoco adalah kelompok pasukan yang bertugas sebagai kelompok pemangkul senjata-senjata dan perlengkapan perang kerajaan. Sedangkan Bumi Roka adalah kelompok pasukan yang bertugas membersihkan dan merawat senjata-senjata, tombak dan peralatan perang.
Sebagai penghargaan atas kiprah dan dedikasinya, Bumi Renda mendapatkan gaji dari kerajaan berupa tanah selusas 38.00 Ha. Pada masa itu, seluruh perangkat kerajaan mendapatkan gaji berupa tanah sawah dengan luas yang sudah ditetapkan oleh kerajaan. Seluruh perangkat militer kerajaan digaji dengan tanah sawah yang luasnya ditentukan oleh tinggi rendahnya pangkat dalam kemiliteran.
Sumber Bacaan :
1. Abdullah Tayib,BA, Sejarah Bima Dana Mbojo
2. Henri Chambert-Loir & Siti Maryam Salahuddin, BO Sangaji Kai.
Foto : Fahru Rizki
Oleh : Alan Malingi